Apa sih kebetulan itu? Bagaimana dan mengapa kebetulan itu terjadi? Inilah pertanyaan yang sering timbul berkaitan dengan peristiwa kebetulan. Sejauh ini tak seorang pun yang bisa mengerti alasan-alasan terjadinya. Namun hampir setiap orang pernah mengalami peristiwa kebetulan dalam tingkat tertentu. Anehnya, peristiwa-peristiwa kebetulan kadang terjadi menyangkut hal-hal sepele dalam kehidupan.
Pada 6 Agustus 1978, Paus Paulus VI meninggal dunia dalam posisi terbaring. Seperti biasa jam alarm kecil dan berharga yang dibelinya pada tahun 1923 berada di sampingnya. Selama 55 tahun belakangan jam itu menjadi pelayan paling setia bagi Sri Paus. Seperti hewan peliharaan yang patuh, jam itu setia membangunkannya setiap pagi pukul 06.00. Tapi di hari berkabung itu, alarmnya berdering pada pukul 21.40, saat Paus Paulus VI terbaring untuk selamanya.
Itulah kasus kebetulan yang paling aneh. Tapi masih ada kasus kebetulan aneh lainnya. Tak heran bila peristiwa kebetulan mengusik rasa ingin tahu para ilmuwan, filsuf, maupun pakar matematika. Selama lebih dari 2.000 tahun, mereka berusaha mengungkap pesan tersembunyi di balik peristiwa-peristiwa kebetulan itu. Mereka juga mencari jawaban atas pertanyaan yang berkaitan dengan alam dan arti kebetulan serta mencoba menemukan kekuatan tersembunyi di balik peristiwa kebetulan itu.
Pada abad ke-4 SM, Hippocrates menyatakan bahwa bumi ini saling terhubung dan merupakan sebuah massa daratan yang besar, yang tidak dipisahkan oleh perairan. Maka kebetulan-kebetulan itu tak lain merupakan elemen-elemen pendukung yang saling mencari satu sama lain.
Pada abad XIX, filsuf terkemuka, Arthur Schopenhauer, menjelaskan bahwa kebetulan itu merupakan "kejadian-kejadian yang berlangsung secara simultan dari peristiwa-peristiwa yang tidak ada kaitannya satu sama lain.
Jauh di abad XX kemudian, Dr. Paul Kammerer melakukan percobaan ilmiah selama berbulan-bulan dengan merekam pembicaraan orang-orang sambil mencatat detail-detail kepribadian mereka termasuk usia, jenis kelamin, pakaian atau karakteristik lainnya yang dianggap relevan. Lalu kammerer menerbitkan kesimpulannya dlm buku berjudul The Law of Seriality. Dalam buku itu dia menyebutkan semua peristiwa kebetulan terjadi secara berurutan dan merupakan gambaran yang berubah cepat tentang berbagai kekuatan alam semesta yang tak diketahui.
Setelah Kammerer, dua pemikir Eropa menyatukan upaya mereka. Kedua pemikir itu adalah Wolfgang Pauli dan Prof. Carl Gustav Jung, psikolog yang juga filsuf asal Swiss. Mereka meneliti lebih dalam mengenai topik yang kontroversial ini dan mendapat kesimpulan bahwa peristiwa kebetulan merupakan "jejak-jejak yang tampak dari prinsip-prinsip yang tak dapat dilacak". Sebuah kekuatan misterius yang bekerja di alam semesta berusaha membuat kehidupan yang semula tidak harmonis menjadi harmonis. Jadi, kekuatan itu memaksa dirinya untuk mengatur kerancuan dan kekacauan hidup manusia.
Yang lebih baru lagi, Arthur Koestler, seorang wartawan bidang Sains, juga terus-menerus meneliti perihal fenomena kebetulan (coincidence) ini menjelaskan kebetulan sebagai "permainan kata dari nasib (destiny)".
Koestler bekerja secara intensif dan menulis secara luas untuk menemukan dasar ilmiah tentang terjadinya peristiwa kebetulan. Ungkapan "satu pengertian dengan destiny" itu dia pergunakan untuk menjelaskan makna filosofis tentang kebetulan.
Apakah kebetulan itu "permainan kata dari destiny" atau bukan, tidak bisa dibuktikan secara ilmiah. Tapi yang jelas, semua penjelasan maupun kesimpulan yang mereka buat itu mengandung suasana misteri. Sungguh sulit bagi kita untuk mengetahui apa sebenarnya kebetulan itu, terutama ketika banyak sekali peristiwa penting atau aneh terjadi secara bersamaan. Kenyataannya, berbagai penjelasan itu hanya menyentuh bagian luar persoalan. Namun, kita tidak bisa mengesampingkan peristiwa-peristiwa bermakna yang terjadi secara tiba-tiba sebagai suatu kebetulan semata. Peristiwa-peristiwa itu mempunyai tujuan untuk melengkapi keutuhan alam semesta. Berikut ini contoh peristiwa yang bermakna (meaningful incident).
Penulis cerita horor Edgar Allan Poe dalam bukunya berjudul The Narrative of Arthur Gordon Pyn berkisah tentang empat orang yang bertahan hidup dari sebuah kecelakaan kapal dan menderita kelaparan, yang akhirnya memutuskan membunuh seorang bocah laki-laki berumur 12 tahun bernama Richard Parkar, untuk dijadikan santapan. Beberapa tahun kemudian kisah fiksi itu menjadi kenyataan. Tahun 1884, sebuah kapal terperangkap badai dahsyat dan hanya empat orang selamat. Mereka menderita kelaparan sehingga memutuskan untuk membunuh salah seorang awak kabin. Nama awak kabin yang dibunuh oleh para awak kapal senior itu tak lain bernama Richard Parkar.
Apakah ini hanyalah sebuah kebetulan semata atau apa?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar