Minggu, 28 Februari 2010

Sisi lain kehidupan di kolong jembatan

Tadi aku baru aja nonton TV yang menguak tentang sisi lain kehidupan orang-orang yang tinggal di kolong jembatan.
Aku pribadi ga bisa membayangkan gimana rasanya tinggal di kolong jembatan, begitu kumuh, sangat jauh dari kesan bersih, ga nyaman, apalagi bila hujan datang air akan membasahi tempat tinggal mereka akibat bocor dimana-mana dan yang pasti sangat ga layak untuk dihuni.

Ditambah lagi bahaya yang terjadi akibat tinggal di kolong jembatan. Bagi yang memiliki anak kecil, jika ibunya tidak menjaga anaknya dengan baik, bisa saja kan anaknya terpeleset ketika sedang bermain trus jatuh ke kali, huh ngeri banget. Oleh karena itu diperlukan penjagaan extra terhadap anak-anaknya, belum lagi jika musim hujan, air kali bisa meluap dan menggenangi tempat tinggal mereka dan mau ga mau mereka harus mencari tempat tinggal yang lain.
Sungguh ironis sekali melihat masih banyak masyarakat indonesia yang kekurangan seperti mereka ditengah gemerlapnya kehidupan kota Jakarta.

Oia ada hal yang menarik perhatianku yaitu, ternyata orang-orang yang tinggal di kolong jembatan khususnya para ibu dan juga anaknya, mereka selalu mencari sampah-sampah yang ada di kali dengan menggunakan saringan yang biasa digunakan untuk menangkap ikan.
Mereka duduk diatas jembatan sambil menyaring sampah-sampah yang bisa mereka jual seperti kaleng susu bekas, barang-barang berupa plastik minuman, pokoknya apapun yang bisa dijual. Bahkan yang membuat aku shock berat adalah mereka juga menyaring sayur-sayuran yang melintas di kali itu seperti kacang panjang, tomat dan sayur-sayuran buat makan mereka sehari-hari. Gilaa aku bener-bener ga habis pikir sayur-sayuran bekas yang mereka ambil digunakan untuk makan sehari-hari. Dan mereka tidak sedikitpun takut akan bahaya memakan sayur-sayuran bekas itu. Padahal keadaan kali tersebut kotor sekali, airnya keruh berwarna kecoklatan, entahlah sudah berapa macam sampah yang mencemari kali itu. Aku saja sangat jijik melihatnya.
Tapi bagi mereka mungkin dengan adanya kali yang membawa sampah-sampah yang berguna buat mereka adalah rejeki yang harus mereka syukuri. Mereka tidak mengenal kata jijik ataupun penyakit yang akan hinggap ditubuh mereka akibat memakan sayuran bekas yang terdapat di kali. Asalkan mereka tidak kelaparan adalah anugerah yang mereka syukuri.

Kalo dipikir-pikir, aku termasuk orang yang jauh lebih beruntung dibanding mereka yang harus tinggal di kolong jembatan. Tapi aku malah kurang menyadari hal itu. Aku selalu merasa kekurangan (namanya juga manusia, mana ada PUASnya).

Contohnya aja makanan, aku tuh orang yang pemilih banget dalam urusan makanan. Kalo aku ga suka makanan yang dimasak ibuku, pasti aku beli makanan diluar.
Beda banget dengan mereka, boro-boro milih, dapat makanan bekas aja udah bersyukur banget.

Aku belajar banget dari mereka, tentang rasa syukur. Aku harusnya lebih banyak bersyukur atas nikmat yang udah Tuhan berikan.
Tapi yang membuat aku lebih belajar dari mereka adalah tentang arti sebuah "keikhlasan".
Belajar ikhlas menerima hidup ini, tanpa pernah berhenti untuk berjuang.
Sungguh luar biasa sekali, andai semua manusia memiliki kemampuan untuk dapat memahami dan menerima hidup ini dengan ikhlas tanpa pernah berhenti untuk terus berJUANG, betapa indahnya dunia ini.